Oleh : FARADIBA SARI HARAHAP, S.Pd., M.Hum.
(Dosen Politeknik Tanjungbalai dan Penggagas Komunitas Penggendong Tanjungbalai)
Menggendong bayi kini tengah menjadi tren dunia. Di kalangan selebriti saja, artis kaliber internasional seperti Beyonce, Natalie Portman, Kourtney Kardhasian, Julia Roberts, Sarah Jessica Parker, Heidi Klum, Alanis Morrissette dan lainnya tak lepas dar jepretan kamera para paparazi saat beraktivitas ke luar rumah sambil menggendong bayinya. Para artis pria seperti Channing Tatum, Orlando Bloom, Jamie Fallon hingga Brad Pitt seolah juga tak mau ketinggalan. Ayah – ayah terkenal tersebut tak luput dari media kala terlihat tak canggung menggendong bayi mereka di hadapan publik.
Di Indonesia, penyanyi Andien juga banyak memposting kegiatannya menggendong bayinya yang bernama Anakku Askara sejak berusia empat bulan menggunakan kain tenun lokal. Ada juga deretan artis tanah air lainnya seperti Dian Sastrowardoyo, Nycta Gina, Alice Norin, Sarwendah, Dahlia Poland, Uut Permata Sari, Ashanty, Tya Ariestya, Chua Kotak, Widi Mulia, Tiara Lestari, Intan Nuraini dan lainnya yang turut meramaikan aktivitas dunia menggendong.
Sebelum menggendong bayi menjadi topik tren di kalangan selebriti, pada tahun 2010 lalu seorang politikus asal Italia, Licia Ronzulli, yang juga merupakan anggota parlemen Eropa pernah lebih dulu menjadi sorotan dunia. Tak lama usai melahirkan, ia mengejutkan semua orang karena datang dengan gendongan bayi ke tempatnya bekerja, parlemen Eropa. Sejak pertama kali Rozulli membawa Vittoria diusianya 44 hari, Vittoria tak pernah lepas dari gendongan Ronzulli. Kini, semakin bertambah besar usianya, Vittoria mulai asik dengan laptop atau alat kerja lain miliki Rozulli.
Tak hanya Licia Ronzulli, aksi serupa juga pernah dilakukan oleh para politikus wanita luar negeri lainnya seperti Sana Hassaina dan Michelle Dockril (Kanada), Annaliese Dodds (Inggris), Larissa Waters (Australia), Carolina Bescana dan Soraya de Santamaria (Spanyol), Victoria Donda (Argentina) serta Axelle Lemaire (Perancis).
Hingga kini sebenarnya banyak fakta menarik seputar menggendong anak yang belum diketahui oleh kebanyakan masyarakat. Alasannya mungkin saja karena aktivitas menggendong anak ini dianggap hanya sesuatu yang biasa saja dilakukan oleh ibu-ibu pada umumnya di berbagai penjuru tempat. Padahal jika lebih diperhatikan, ada banyak hal bermanfaat yang layak diketahui dalam dunia gendong ini. Mulai dari sejarah budaya menggendong dan gendongan, mitos dalam hal menggendong, cara menggendong bayi yang benar, manfaat menggendong, menggendong yang aman dan nyaman, cara memilih gendongan yang tepat hingga eksistensi komunitas penggendong yang aktif mensosialisasikan ilmu menggendong dan gendongan yang tepat.
Sejarah Budaya Menggendong dan Gendongan
Budaya menggendong anak bukanlah suatu hal yang baru dilakukan manusia. Kegiatan ini bahkan sudah dilakukan sejak berabad-abad yang lalu. Dahulu, para orang tua harus senantiasa membawa bayi mereka, ke mana pun mereka pergi demi melindungi bayinya dari segala mara bahaya, seperti kondisi alam dan cuaca, serta binatang buas. Namun, membawa serta bayi sambil melakukan berbagai aktivitas hanya dengan menggunakan tangan atau bagian tubuh yang lainnya tentunya sangat melelahkan dan mengakibatkan pekerjaan malah terkendala. Apalagi pada masa itu kehidupan manusia masih nomaden (berpindah-pindah tempat). Pada akhirnya manusia menciptakan alat penggendong bayi sederhana.
Alat penggendong bayi sederhana sebenarnya adalah salah satu penemuan yang sangat bermanfaat dalam perkembangan spesies manusia. Blaffer-Hyrdy (2000) dalam tulisannya Mother Nature – Maternal Instincts and the Shaping of The Species mengemukakan bahwa sejak puluhan ribu tahun yang lalu, “revolusi teknologi” ini telah membantu para ibu mengangkat bahan makanan sambil membawa bayi-bayi mereka.
Pada mulanya, manusia purba menciptakan alat penggendong bayi dari bahan-bahan yang ada di alam, seperti kulit atau serat kayu, dedaunan dan kulit binatang. Awalnya, bentuk gendongan kala itu baru sebatas gendongan sangat sederhana yang dililitkan ke salah satu bahu penggendong. Saat itu, peran gendongan cukup membantu para orang tua menggendong anak sambil bekerja atau ketika mencari makanan.
Setelah penemuan berupa alat tenun mulai digunakan untuk membuat pakaian, kain sederhana untuk menggendong juga turut diciptakan. Kain gendong tersebut diikatkan ke tubuh penggendong dewasa atau anak yang lebih tua (kakak). Sejak dulu anak yang lebih tua dalam keluarga juga sudah dibiasakan menggendong adik-adiknya saat orang tua mereka pergi bekerja.
Desain berbagai gendongan tersebut ada juga yang dihiasi ornamen.beragam. Di Asia, umumnya gendongan diberi sulaman yang tebal. Ada juga yang terbuat dari bahan sutra baju kimono atau selempang kimono seperti di Jepang.
Masyarakat di Afrika menggunakan kanga atau kitinge, yaitu jenis kain yang mirip seperti kain sarung namun umumnya lebih tebal, baik untuk membuat pakaian, tutup kepala, selimut maupun gendongan. Di Meksiko, rebozo merupakan kain persegi panjang ini dapat berbahan katun, sutra, wol atau bahkan articela umumnya digunakan sebagai kain gendongan. Di India, para wanita melilitkan anaknya ke bagian kain sari mereka dan di Borneo, masyarakatnya malah menggunakan keranjang rotan lalu memasukkan anak ke dalamnya untuk digendong. Sementara orang Inggris terbiasa menggunakan selimut saja, itupun hingga tahun 1950an karena kereta dorongan bayi (strollers) mulai dikenal lalu diproduksi secara besar-besaran.
Dahulu, mode gendongan bervariasi tergantung iklim di tiap daerah. Di tempat yang beriklim panas, bayi cenderung lebih sering lapar atau haus dan para orang tua memanfaatkan gendongan untuk menggendong bayi sambil memberinya makanan atau minuman. Kebalikan di daerah dingin, bayi hanya makan dan minum secukupnya saja. Bayi biasa ditempatkan di dalam gendongan yang digantung di dahan pohon atau dalam kereta luncur. Para penduduk asli Amerika yang tinggal di tempat-tempat dingin menggunakan jaket dengan kantung gendongan yang praktis dan cukup hangat bagi bayi.
Pada akhir tahun 1960an, seorang wanita asal Amerika menciptakan gendongan modern diberi nama Snugli setelah melihat para wanita menggendong anak-anak mereka di belakang saat ia bertugas sebagai tenaga sukarela di Togo, Afrika Barat. Tahun 1970an, Jerman adalah negara yang pertama kali membuat perusahaan kain tenun buatan mesin, D-Didymos, setelah pemiliknya diberikan sehelai kain rebozo asal Meksiko oleh seseorang.
Pada awal tahun 1980an, kain gendong panjang dengan ring (ring sling) pertama kali ditemukan oleh seorang lelaki yang berasal dari Hawai. Lelaki tersebut mendesain sebuah kain panjang dengan menyelipkan ring pada kain untuk membantu istrinya menggendong anak mereka. Kemudian ia menjual idenya itu kepada Dr. William Sears yaitu seorang penemu ilmu pengasuhan anak dengan pola penguatan ikatan batin. Sementara istrinya Mary adalah penemu istilah ‘babywearing’ untuk menyebutkan kata lain dari menggendong. Istilah ‘babywearing’ tercetus setelah Mary menyadari bahwa waktu yang ia habiskan seharian memakai gendongan tersebut persis selama waktu ia mengenakan pakaian hariannya, yaitu mulai pagi hingga menjelang malam tiba.
Sejak tahun 1980an, perkembangan jenis gendongan kain panjang dan gendongan instan tumbuh dengan pesat sejalan dengan lajunya jumlah perusahaan-perusahaan yang memproduksi berbagai macam tipe gendongan mulai dari usaha kecil hingga skala besar. Namun di sisi lain, pilihan jenis gendongan yang otomatis kini semakin beragam malah sering membuat orang merasa bingung bahkan melakukan kesalahan dalam memilih gendongan tepat bagi keselamatan dan kenyamanan anak dan juga penggendong.
Mitos dan Fakta Menggendong Bayi
Telah dipaparkan sebelumnya bahwa kegiatan menggendong bayi sudah menjadi kebiasaan turun temurun dari nenek moyang kita dalam keseharian di berbagai bangsa. Namun ternyata, masih banyak yang belum memahami bagaimana cara menggendong yang aman dan nyaman dan lebih percaya pada mitos dibandingkan hasil penelitian ilmiah para ahli. Ada dua mitos yang paling sering ditemui saat menggendong bayi. Kedua mitos inilah yang sering membuat orang tua menjadi ragu saat akan menggendong bayinya. Berikut mitos dan penjelasan ilmiah untuk menjawab mitos tersebut.
- Mitos : Kaki bayi harus diluruskan dan tidak boleh dibiarkan mengangkang karena nanti anak jalannya jadi mengangkang, atau kakinya nanti akan tumbuh berbentuk O.
Fakta: Terlebih dahulu mari kita telaah bagaimana pertumbuhan tulang belakang dan kaki bayi sejak lahir berikut.
Perkembangan bentuk tulang belakang bayi 0 bulan – 1 tahun
Sumber: hipdysplasia.org |
Posisi natural kaki bayi seperti kaki katak (frog-like position)
Sumber: www.winfssi.com |
Sejak tumbuh di dalam rahim ibu, bentuk tulang belakang bayi sudah melengkung dan masih tetap melengkung saat ia dilahirkan. Saat dilahirkan, bentuk tulang belakang bayi masih melengkung (total kyphosis) yang apabila dilihat dari samping membentuk seperti huruf C (sering disebut C-shape) jika dilihat dari arah samping. Lalu seiring dengan pertumbuhannya, tulang belakang bayi akan berubah semakin tegak menuju ke bentuk tulang belakang yang sama dengan tulang belakang manusia dewasa (lumbar lordosis).
Selain perubahan tulang belakang, bentuk kaki bayi juga mengalami perubahan seiring pertumbuhannya. Kaki bayi baru lahir secara alami berada dalam posisi mengangkang seperti kaki kodok (frog-like position). Banyak masyarakat di Indonesia berusaha meluruskan kaki bayi sejak lahir seperti membedong bayi dengan memaksa kaki agar tetap lurus dengan anggapan agar pertumbuhan kaki bayi akan lurus dan baik saat dewasa. Jika kaki bayi baru lahir diluruskan secara paksa malah dapat beresiko sendi kaki bergeser dari soketnya dan bayi mengalami kelainan tulang (hip dysplasia). Hip dysplasia bawaan pada bayi baru lahir sering kali tidak terdeteksi dan meluruskan kaki bayi akan memperparah keadaan tersebut. Pada kenyataannya, seiring fase pertumbuhan bayi mulai dari merangkak, berdiri, berjalan dan berlari, maka bentuk kaki bayi pun akan lurus dengan sendirinya.
Sekalipun dokter menyatakan bahwa tidak banyak yang dapat orang tua lakukan saat terjadinya displasia pinggul bawaan, namun setidaknya orang tua bisa mencegah hal itu terjadi pada anak yang pinggulnya normal dengan cara menggendong atau membedong bayi dengan benar.
- Mitos: Bayi yang sering digendong akan menjadi ‘bau tangan’ dan manja
Fakta : Bayi sangat suka digendong karena sesungguhnya bayi memang selalu ‘digendong’ sedari masih dalam kandungan ibunya. Sejak dalam kandungan, bayi senantiasa mendengar detak jantung ibu, suara ibu yang khas, hangat tubuh ibunya serta ritme pergerakan tubuh ibu. Namun ketika bayi lahir ke dunia luar yang sangat asing baginya, bayi menjadi mudah menangis dan gelisah karena belum terbiasa.
Gendongan membantu bayi beradaptasi di dunia yang baru dan asing sejak ia dilahirkan. Saat digendong, bayi bisa merasa sangat dekat dengan suasana ketika masih dalam kandungan. Itulah alasan mengapa setelah bayi dilahirkan, tubuh ibu menjadi tempat yang paling nyaman dan gendongan adalah alat yang paling tepat digunakan sehingga bayi mudah terlelap saat digendong dan mudah terbangan saat dilepaskan dari gendongan.
Dalam dunia yang baru, luas, bising dan dingin membuat bayi sering gelisah dan menangis, namun kondisi saat berada dalam gendongan mengingatkan bayi selama mereka berada dalam kandungan. Mendengar degup jantung ibu, suara ibu yang khas, hangat tubuh ibunya serta ritme langkah dan pergerakan tubuh ibu adalah hal yang sangat dikenal bayi yang dengan cepat memberi mereka rasa aman dan tenang, itu sebabnya bayi mudah tertidur di dalam gendongan dan segera terbangun saat mereka diturunkan.
Sebuah penelitian berjudul Increased Carrying Reduces Infant Crying:A Randomized Controlled Trial oleh Hunziker UA dan Barr.RG juga menemukan bahwa bayi yang digendong selama 3 jam sehari lebih sedikit menangis sebanyak 43% dibandingkan bayi yang tidak digendong, terutama pada tiga bulan sejak kelahirannya
Menggendong anak tidak sama dengan memanjakan atau melindungi secara berlebihan. Pada usia 1-2 tahun, bonding (ikatan batin) merupakan kebutuhan utama bayi. Menggendong adalah salah satu cara untuk meningkatkan bonding ini. Menggendong anak, memeluknya dengan erat, sebenarnya adalah cara kita untuk mengatakan kepadanya bahwa tidak ada yang perlu ditakutkan, karena apapun yang akan terjadi, perlindungan dan dukungan dari kita, orangtuanya, selalu ada untuknya. Jadi, mitos mengenai anak tidak boleh sering digendong agar anak tidak “bau tangan” adalah tidak benar.
MANFAAT MENGGENDONG
Ada banyak manfaat dari menggendong bayi. Esti Pramono, seorang Babywearing Consultant dari School of Babywearing UK, dalam blognya mengungkapkan bahwa bayi yang tenang dalam gendongan dapat belajar banyak hal dan lebih mudah diajak berinteraksi, meningkatkan kemampuan mereka dalam membuat pilihan hidupnya, menciptakan keintiman serta interaksi yang kuat dan bayi secara konstan belajar menjadi manusia.
Bayi yang merasa aman dan nyaman dalam gendongan membuat ibu yang menyusui menjadi tenang dan percaya diri sehingga hidupnya menjadi lebih bahagia lalu kadar hormon oksitosin yang berperan besar dalam produksi ASI juga membantu mengatasi depresi pasca melahirkan.
Esti juga memaparkan manfaat menggendong lainnya seperti membantu orang tua baru yang panik dalam menenangkan bayi yang menangis, membantu berbagai pekerjaan rumah tangga sehari-hari sekaligus menjaga dan memberi perhatian kepada si kecil, mempermudah akses untuk bepergian kemana saja serta membantu membakar kalori penggendong.
Afifah Mu’minah yang juga seorang Babywearing Consultant in Training menjelaskan manfaat menggendong melalui Kulwap (Kuliah Watsapp) bertema Babywearing Basic lalu dibagikan oleh pemilik akun facebook Evi Mashita Arifin yang telah mengikuti kegiatan tersebut. Menurutnya, menggendong memiliki begitu banyak manfaat, baik bagi bayi maupun penggendong sebagai berikut.
Manfaat menggendong bagi bayi adalah:
- Mengurangi tangisan,
- Pengganti tummy time (waktu tengkurap),
- Membantu perkembangan ritme sirkandian (pola tidur dan bangun),
- Membantu perkembangan berbicara,
- Membantu reflux dan kolik,
- Membantu perkembangan indera penciuman,
- Membantu perkembangan vestibular (sistem kesembangan),
- Mempromosikan tidur nyenyak dan lama,
- Mempromosikan pemberian ASI,
- Mempromosikan pertumbuhan,
- Mempromosikan kontak kulit ke kulit,
- Reka ulang kondisi dalam rahim (trimester keempat),
- Menambah durasi menyusui,
- Memungkinkan penambahan waktu diam-waspada,
- Meningkatkan kekuatan inti otot,
- Memberikan keamanan,
- Menyediakan lingkungan yang aman untuk tidur,
- Mengatur suhu, pernapasan, dan denyut jantung,
- Mengurangi terhadap paparan toksin berbahaya.
Manfaat menggendong bagi penggendong:
- Bisa lepas tangan (hands free),
- Meringankan kegelisahan,
- Menambah oxytocyn (happy hormones),
- Membantu mempererat ikatan antara bayi dan penggendong,
- Membantu pemberian cinta secara penuh,
- Memperbolehkan bayi untuk merasa menjadi bagian dan terlibat,
- Membantu hubungan keluarga,
- Mempromosikan ikatan,
- Menjauhkan orang lain atau orang asing untuk menjangkau anak,
- Interaksi dengan berbagai macam orang.
Dengan memahami manfaat menggendong, kegiatan menggendong pun akan menjadi jauh lebih bermakna sehingga memotivasi orang tua untuk selalu meluangkan waktu menggendong anak-anaknya. Menggendong tak lagi diingat sebagai pekerjaan melelahkan melainkan menyenangkan.
CARA MENGGENDONG YANG AMAN DAN NYAMAN
Setelah mengetahui manfaat menggendong, perlu diketahui juga bagaimana cara menggendong yang tak hanya aman namun juga nyaman bagi anak dan juga penggendongnya. Agar dapat menggendong dengan aman dan nyaman, kita dapat mengacu pada pedoman penting dalam menggendong. School of Babywearing memberikan beberapa poin yang harus diingat ketika kita menggendong, yaitu ‘TICKS’.
- (T)ight
Ketat. Eratkan gendongan sehingga badan anak menempel di badan anda, anak serasa dipeluk. Kain yang longgar, membuat anak jadi mudah bergeser / susah bernafas.
- (I)n View at All Times
Posisi wajah anak harus selalu bisa terlihat agar penggendong dapat dengan mudah melihat tanda-tanda dari wajah anak (misal: mengantuk, resah, takut, dsb). Wajah anak tidak boleh sampai tertutup oleh kain gendongan, bisa menganggu pernafasan.
- (C)lose Enough to Kiss
Kepala anak terjangkau untuk dicium. Bagian atas kepala anak dekat dengan dagu penggendong.
- (K)eep Chin of The Chest
Posisi badan anak jangan terlalu melengkung / menunduk, apalagi sampai dagu anak menempel ke dada anak, karena bisa mengganggu pernafasan. Pastikan ada jeda 1-2 jari antara dagu dan dada anak.
- (S)upported Back
Dalam posisi gendong tegak, dada dan perut menempel di tubuh anda, dan punggung anak tersanggah dengan aman (sesuai umur anak).
Selain lima hal di atas, ada juga beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menggendong bayi. Seperti, umur bayi, berat bayi, lahirnya cukup bulan atau tidak, yang menggendong siapa, dan acara yang seperti apa yang akan dihadiri ketika membawa bayi yang digendong.
Di atas adalah gambar posisi gendong sesuai dengan umur anak. Posisi kaki anak terbuka mengangkang sesuai posisi alami bayi ketika di dalam kandungan (fetal frog position). Hal ini disebut M-shape, seperti ketika kita duduk, seluruh paha dan pantat tersanggah dengan baik (knee-to-knee).
Posisi M-shape dan C-shape
Sedangkan C-shape adalah posisi punggung bayi 0-4 bulan yang disarankan, mengikuti bentuk alami bayi dalam kandungan. Secara perlahan ketika bayi sudah bisa menopang kepalanya dengan kuat, posisi C-shape tidak diperlukan lagi. Perhatikan juga bahwa untuk menggendong 0-4 bulan, kain gendongan menutupi sampai telinga bayi (tidak menutupi seluruh kepala bayi).
MEMILIH GENDONGAN YANG TEPAT
Memilih gendongan untuk bayi tidak bisa sembarangan sebab jika salah bisa beresiko terhadap keamanan bayi. Siapapun kita pasti ingin gendongan yang terbaik untuk anak-anak kita. Dengan mengetahui perkembangan tulang belakang bayi, seharusnya membuat kita semakin mengerti jenis gendongan seperti apa yang dibutuhkan.
Esti Pramono menekankan bahwa gendongan ergonomis yang mendukung perkembangan fisik seperti tulang punggung dan sendi pinggul (hip joint) anak adalah poin penting dalam memilih gendongan. Faktor Inilah kemudian menjadi salah satu unsur yang dimasukkan dalam gendongan ergonomis. Yaitu gendongan yang mendukung posisi natural bayi M-Shape,C-Shape pada bayi newborn.
Gendongan ergonomis ini umumnya dibagi dalam lima tipe:
- Wraps.Gendongan ini berupa kain panjang dengan berbagai macam ukuran dan bahan, umumnya dikenal dua jenis wrap: Stretchy Wrap (SW), yang terbuat dari bahan katun dan campuran spandex, kainnya bersifat elastis dan Woven Wrap (WW), kain tenun khusus dalam berbagai macam ukuran dan variasi jenis bahan seperti katun, linen, wool bahkan sutera. Jarik termasuk dalam jenis wrap berukuran pendek.
- Ring Sling.Ini adalah adaptasi modern dari jarik/selendang gendong dimana sepasang ring dijahit pada salah satu ujung kain sepanjang 2 meter dan ujung lainnya diselipkan melalui kedua ring agar dapat disesuaikan dengan tubuh penggendong. Gendongan ini cocok untuk menggendong bayi dan anak-anak saat mereka perlu naik-turun gendongan.
- Pouch Sling.Gendongan berupa kain yang dijahit melingkar dan digunakan pada salah satu pundak penggendongnya, mirip ring sling hanya saja tidak dapat diseusaikan besar-kecilnya ukuran.
- Meh Dai.Ini adalah adaptasi modern dari gendongan tradisional rakyat Tiongkok. Gendongan ini memiliki panel dari kain dengan dua kain pengikat yang diikatkan di pinggang dan dua kain pengikat lain yang diikatkan melewati pundak. Ada beberapa gendongan lain yang diadaptasi dari gendongan Asia seperti onbuhimo dari Jepang, podaegi dari Korea.
- Soft Structured Carrier (SSC). Pada umumnya gendongan ini dilengkapi ban pinggang yang berbusa tebal begitu juga pada tali di pundak yang nyaman, pas secara ergonomis dan dapat digunakan menggendong depan, belakang dan terkadang samping.
KOMUNITAS PENGGENDONG
Pentingnya informasi seputar menggendong untuk diketahui oleh masyarakat luas, para pegiat gendongan ergonomis di seluruh dunia mulai membentuk berbagai bentuk komunitas penggendong. Umumnya komunitas ini diisi oleh para orangtua dari berbagai latar belakang. Dalam komunitas ini juga terdapat para konsultan gendongan yang telah mengikuti pelatihan menggendong yang diakui di skala internasional.
Komunitas terbesar yang awalnya merupakan ‘induk’ dari komunitas penggendong di Indonesia bernama Indonesian Babywearers. Siapa saja boleh bergabung di dalam komunitas yang aktif berinteraksi dalam sosial media melalui akun grup facebook maupun instagram ini. Para penggendong yang menjadi sudah anggota komunitas ini dapat berbagi ilmu dan pengalaman seputar cara menggendong yang aman dan nyaman, berkonsultasi tentang sudah baik atau belumkah posisi menggendong yang dipraktikkan, atau bisa juga saling review jenis gendongan yang digunakan. Selain itu komunitas ini juga menyediakan group khusus yaitu Indonesian Babywearers FSOT (For Sale or Trade) bagi anggota yang ingin melakukan jual beli, barter, atau sewa berbagai macam jenis gendongan yang hanya ergonomis dan original.
Selain Indonesian Babywearers, ada juga komunitas Nusantara Menggendong, Indonesian Babywearing Club dan Ayah Gendong Indonesia yang turut berperan dalam menginspirasi terbentuknya cikal bakal komunitas bersifat lokal yang terdapat di daerah-daerah Indonesia yang disebut sebagai komunitas lokal. Sudah banyak komunitas lokal dibentuk dan semakin hari semakin bertambah jumlahnya, seperti di Medan, Jabodetabek, Bali, Jogjakarta, Banyuwangi, Banyumas, Banjarmasin, Tegal, Kediri, Pekanbaru, Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Bengkalan, Celebes, Balikpapan, Salatiga, Samarinda,Solo, Mataram, Riau, Klaten, Semarang, Cianjur, Sukabumi, Purwokerto, Batam, Karawang, dan lain sebagainya. Bahkan khusus di daerah Jogja dan sekitarnya ada kampanye berolahraga sambil menggendong bayi.
Para anggota di tiap komunitas lokal ini juga sering mengadakan pertemuan (kopi darat) yang umumnya digelar di lokasi yang disepakati oleh para anggota. Tidak hanya mendapat ilmu seputar menggendong, para anggota komunitas juga bisa mencoba gendongan para peserta lain maupun dari koleksi pustaka gendongan komunitas.
Saat ini, di kota Tanjungbalai juga sudah ada komunitas lokal para penggendong, yaitu Penggendong Tanjungbalai. Digagas oleh para ibu Tanjungbalai yang lebih dulu menjadi anggota Indonesian Babywearers, Penggendong Tanjungbalai bertujuan mensosialisasikan cara dan teknik menggendong yang aman dan nyaman serta mengenalkan berbagai jenis gendongan yang tepat bagi anak. Selain itu turut juga mempromosikan jalinan ikatan batin yang lebih kuat antara anak dan orang tua melalui kegiatan menggendong.
Komunitas Penggendong Tanjungbalai
Komunitas ini berhasil mendapat tanggapan positif dari masyarakat yang merasakan manfaatnya langsung. Para anggota komunitas juga kerap berinteraksi dalam sebuah group facebook bernama Penggendong Tanjungbalai dan group ini mempersilahkan siapa saja yang ingin turut bergabung. Kedepan, komunitas ini tak hanya melakukan kegiatan sosialisasi hanya pada antar anggota saja melainkan juga kepada kelompok masyarakat yang membutuhkan di kota Tanjungbalai sekitarnya.
SUMBER REFERENSI:
– http://www.gentleparenting.co.uk/kc/the-history-of babywearing/
– http://www.slingbabies.co.nz/Site/History_2.ashx
– https://www.motherandbaby.co.id/article/2016/10/48/6802/Mitos-Bau-Tangan-Benar-atau-Salah
– http://www.anggya.com/menggendong-anak-antara-mitos-dan-fakta/
– https://gendongangeek.com/2017/02/15/menggendong-memanjakan-anak/
– https://jeportemonbebe.com/en/positioning-baby-physiologyhttp://www.winfssi.com/appraisals.html
– https://www.researchgate.net/publication/19643720_Increased_carrying_reduces_infant_ crying_A_randomized_controlled_trial
– http://www.schoolofbabywearing.com/check-your-ticks/http://9olda.net/2017/06/05/proper-babywearing/
– http://hipdysplasia.org/
Diterbitkan Pada Buletin Perencanaan Pembangunan Bappeda Kota Tanungbalai
Volume 3, Bulan Desember 2017